[:id]Belajar Seluk Beluk Dunia Pasca Panen dari PT Bimandiri Agro Sedaya[:en]Learn Ins and Outs of Post Harvest from PT Bimandiri Agro Sedaya[:]
[:id]Penulis : Hilda Mega Pratiwi (Rekayasa Pertanian ‘2015)
Kuliah lapangan menjadi kegiatan rutin yang diadakan oleh mata kuliah Penanganan Pasca Panen (BA4103) di Program Studi Rekayasa Pertanian. Kali ini, pada tanggal 28 Apri 2018, dosen pengampu mata kuliah yaitu Dr. Rijanti Rahaju Maulani bersama dengan 11 asisten praktikum dan 47 mahasiswa, mengunjungi PT Bimandiri Agro Sedaya di Lembang yaitu perusahaan pemasok holtikultura berkualitas dengan target pasar modern dan supermarket. Kunjungan ini bertujuan memberikan gambaran nyata kepada mahasiswa tentang kegiatan pasca panen produk pertanian selain dari teori yang diberikan di kelas. Dalam kegiatan ini pula, mahasiswa tidak hanya belajar tentang sistem produksinya melainkan nilai-nilai penting dalam membangun bisnis di bidang pertanian itu sendiri.
Lebih dekat dengan PT. Bimandiri Agro Sedaya
Bagaimana Bisnis Dimulai
Disampaikan oleh Pak Irman selaku Kelapa Divisi HRD 2 umum dalam sesi presentasi kuliah lapangan, PT Bimandiri Agro Sedaya berawal dari usaha pengemasan produk pasca panen yang dirintis oleh Ahmad Efendi yang biasa disapa Kang Pepen pada tahun 1994. Kang Pepen merupakan alumni Fakultas Peternakan Universitas Padjajaran. Usaha yang pertama kali dirintis bertujuan untuk menyalurkan sayuran yang telah dikemas ke restoran-restoran. Pengetahuan dan pengalaman Kang Pepen mengenai supply chain sayuran kemudian bertambah seiring berjalannya aktivitas di usaha pengemasan dan penyaluran sayuran tersebut.Penawaran penyaluran sayuran ke pasar modern pertama kali datang dari Wolmart dan pada saat itu usaha Kang Pepen masih menempel pada perusahaan Triple A. Tahun 1998 adalah tahun di mana krisis moneter terjadi. Dampak buruk pun menimpa usaha yang pada saat itu sedang Kang Pepen giat tekuni. Penjarahan terjadi di Wolmart dan sayuran kemasan Kang Pepen tidak dapat ditarik kembali. Hal tersebut mengakibatkan kerugian hingga ratusan juta dan Kang Pepen pun mengalami kehilangan modal.
Dampak buruk yang disebabkan krisis moneter tahun 1998 tidak berlarut-larut dialami oleh usaha Kang Pepen karena kemudian tawaran terhadap usaha Kang Pepen pun datang dari Carrefour. Orang-orang Carrefour ini dulunya merupakan orang-orang Wolmart yang menjadi relasi Kang Pepen. Hal tersebut menunjukkan bahwa relasi atau jaringan merupakan salah satu modal penting dalam menjalankan bisnis. Penyaluran sayuran kemasan ke Carrefour ini dilakukan Kang Pepen dengan menempel pada PT KSP. Selanjutnya perusahaan yang menjadi mitra usaha Kang Pepen kian bertambah banyak, seperti Lotte, Giant, AEON dan Lulu sehingga jaringan bisnis semakin luas. Kunci utama dari sukses berbisnis adalah silaturahim. Salah satu usaha untuk bersilaturahim adalah menjaga kepercayaan mitra bisnis dengan melakukan upaya yang benar serta memberikan hasil terbaik. Saat ini PT BAS berencana untuk memperluas jaringan ke daerah Jawa Timur.
Bermitra dengan Petani
PT BAS sendiri berperan sebagai akselerator bagi petani di wilayah operasionalnya dalam memasarkan produk holtikultura dan mengembangkan aplikasi teknologi budidaya hortikultura yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Produk pasca panen yang ditangani terdiri dari 127 komoditas dan dikemas menjadi 300 produk. Perusahaan menerima sayuran grade A dari petani untuk dikemas dan disalurkan ke pasar modern. Untuk menghasilkan sayuran grade A, PT Bimandiri memberikan penyuluhan dan bimbingan terhadap petani yang menjadi mitranya. Tentunya bukan hal yang mudah untuk bisa mengajak petani agar mau mengubah caranya yang lama tapi PT BAS bisa mewujudkan hal tersebut. PT BAS memberikan bimbingan mengenai cara produksi sayuran yang efektif dan efisien guna menekan biaya yang dikeluarkan petani.
Bisnis Tidak Selalu Lancar
Kendala yang dialami oleh PT Bimandiri saat bermitra dengan perusahaan lain adalah gengsi yang dimiliki oleh masing-masing perusahaan. Contohnya adalah perusahaan yang memiliki spesifikasi tertentu pada produk. Perusahaan A meminta kangkung ikat dengan berat 150 gram, sedangkan perusahaan B meminta 200 gram. Jika terjadi kesalahan penyaluran, produk akan dikembalikan ke PT Bimandiri Agro Sedaya, begitu pun dengan uangnya. Untuk mengatasi kejadian seperti itu, biasanya dilakukan negosiasi oleh bagian marketing dengan perusahaan. Jika negosiasi tidak berhasil, maka produk yang dikembalikan perusahaan berupa sayuran berdaun akan dibuang, dikemas menjadi produk RTE (ready to eat) atau disalurkan ke pasar tradisional. Selain itu, beberapa produk seperti kentang, tomat dan rimpang-rimpangan dapat dijadikan stok kembali.
Melihat Sistem Produksi di PT BAS
Dalam kuliah lapangan, mahasiswa diberikan kebebasan untuk melihat proses-proses yang dilakukan di packing house PT BAS. Proses-proses tersebut yaitu: sorting; grading; pembersihan; dan pengemasan. Pada proses ini, tidak ada tahap pengawetan sehingga membuat PT Bimandiri Agro Sedaya memiliki prinsip ‘panen hari ini, pajang besok’ untuk mencegah menurunnya kualitas sayuran.
Sorting dilakukan di depan bangunan yang berarti sayuran yang ada di dalam bangunan merupakan sayuran yang berhasil melalui tahap sorting. Grading dilakukan berdasarkan warna, ukuran, dan bentuk produk yang tentu memerlukan pengetahuan untuk mengenali karakteristik tiap produk pangan. Pembersihan bukan hanya berkaitan dengan pencucian produk dengan air akan tetapi membuang bagian produk yang tidak dibutuhkan (trimming). Beberapa produk tidak dapat dibersihkan dengan cara dicuci oleh air contohnya adalah tomat yang cukup dengan dilap dan kubis yang diberi perlakuan kope (membuang bagian yang sobek). Kemasan disesuaikan dengan jenis produk di mana ada produk yang dikat, dikemas plastik, dikemas wrap, dikemas net, dikemas dengan box dan dikemas dengan karung. Distribusi produk PT BAS dilakukan dengan menggunakan lima jalur. Jalur-jalur terbut yaitu jalur Bandung, Double, Lotte, Tanggerang, dan Bekasi. Kelima jalur ini mendistribusikan produk ke perusahaan ritel seperti Carrefour, Hypermart, Giant, Lotte, Market City, AEON, dan SaveMax.[:en]Writer : Hilda Mega Pratiwi (Agricultural Engineering ‘2015)
Field work is a routine activities held by Post Harvest Class (BA4103) in the Agricultural Engineering Program. On April 28 2018, Dr. Rijanti Rahayu Maulani as Lecturer together with 11 laboratory assistants and 47 students visit PT Bimandiri Agro Sedaya in Lembang. PT Bimandiri Agro Sedaya is a horticulture supplier company that distributing the product in modern markets and supermarkets. This visit aims to show students about post harvest activities in real life other than in the class. Student will learn a lot of things such as process system and the important value of building a business in agriculture itself.
About PT Bimandiri Agro Sedaya
How The Business Start
This session presented by Mr. Irman as Head of the General HRD 2 Division. PT Bimandiri Agro Sedaya starts from business of packaging post harvest product pioneered by Ahmad Efendi (also called Kang Pepen) in 1994. Kang Pepen graduate from Livestock Faculty Padjajaran University. This business aims to distribute well packaged vegetable to restaurants. Kang Pepen knowledges and experiences about vegetable’s supply chain is increasing as time goes. Distribution offer for the first time is come from Wolmart and in that time Kang Pepen’s Business is still being part of Triple A Company. In 1998 monetary crisis happened in Indonesia and of course Kang Pepen receive the impact. Pillaging occurred in Wolmart and packaged vegetable from kang Pepen is one of the target. This cause losses up to hundreds of million rupiah.
Bad impact from monetary crisis began to disappear when offering from Carrefour came. The people from Carrefour and Kang Pepen knows each other since they works with Wolmart. It prove that relation is very useful in business. Kang Pepen is became part of PT KSP when doing the distribution for Carrefour. Then his business partner is multiplied like with Lotte, Giant, AEON, and Lulu so that his business network become wider. Key of the success is the silaturahim (relation). And the effort to make ideal relation is maintaining trust each other. Now PT BAS plans to expand its network to East Java region.
Partnership with Farmers
PT BAS acts as an accelerator for farmer in their operational region in distributing farmer’s product and helps to develop application of horticulture cultivation technology that will create sustainable agriculture. There are 127 commodity to be made into 300 product. PT BAS only accept grade A vegetable from the farmer. As the consequences, before cultivation start or the process is done PT BAS give the farmer partner counseling dan guidance about how to be effective and efficient in the process production of vegetable. And of course this is not an easy part to make farmer understand and willing to change their method, but finally PT BAS can realize it.
The Hardships
The constraint experienced by PT BAS when partnering with another companies is ego. Every company has their own ego. For example, companies want product with certain characteristics. Company A wants 150 gram of kale while company B wants 200 gram. if an error occur the product will be returned. To solved this problem is doing negotiation. If the negotiation success, the returned product can be made into ready to eat (RTE) product or delivered to traditional market. Moreover, product like potato and rhizome can use as stock again.
Observing Production System in PT BAS
Student is free to observe any process carried out in packing house of PT BAS. These proses including sorting, grading, cleaning, dan packing. There is no preservation process included because “harvest today, sell tomorrow” is PT BAS’ principle so that quality degradation can be avoided.
Sorting is done in front of the building, this means vegetable inside building is already sorted. Grading done based on color, size, dan shape of the product that certainly need knowledge to identify the characteristic of each product. Cleaning not only about washing with water but also disposing unneeded part (trimming). Some product can’t be washed with water. For example is tomato that only need to wiped with towel. Another one is cabbage that only need to disposing its ripped part. Packaging methods is based on the product itself. It can be tied, wrap with plastic, net, packed in box, and/or sack. PT BAS distribution carried out by 5 route. These route including Bandung, Double, Lotte, Tangerang, and Bekasi. This 5 route will distribute the product to retail companies like Carrefour, Hypermart, Giant, Lotte, Market City, AEON, and SaveMax.[:]
No Comments