Hadapi Revolusi Teknologi 4.0 : Mahasiswa Rekayasa Pertanian ITB Latihan Drone
Perkembangan teknologi di zaman revolusi industri 4.0 tumbuh dengan pesat, sehingga kompetensi penggunaan Internet of Things (IoT) serta artificial intelegent (AI) sangat diperlukan. Salah satu teknologi yang saat ini banyak dikembangkan untuk mewujudkan pertanian 4.0 adalah penggunaan drone. Teknologi drone yang dulu dilakukan secara terbatas untuk militer, kini bisa dimanfaatan oleh para petani untuk melakukan analisis kondisi lahan, penanaman, penyemprotan, memeriksa kesahatan tanaman, sensor irigasi, dan lainnya. Pada 7 Maret 2020 Program Studi Rekayasa Pertanian ITB melakukan pelatihan drone yang diisi oleh Bapak Andre Djohan dari PT Agrodone Indonesia dan Bapak Anton Chandra dari Skygrapher Indonesia. Kegiatan pelatihan ini merupakan salah satu agenda matakuliah Pengelolaan Bentang Alam Terpadu yang diampu oleh Dr. Hikmat Ramdan yang bertujuan untuk meningkatkan kompetensi mahasiswa dalam memanfaatkan teknologi baru yang salah satunya adalah mampu mengoperasikan drone secara mandiri, sehingga menjadikan mahasiswa lebih siap memasuki dunia kerja dengan sistem revolusi industri 4.0.
Sebelum memulai praktek di lapangan, para mahasiswa diberi materi seputar istilah pada drone dan prosedur yang perlu diperhatikan sebelum menerbangkan drone (Gambar 1).
Drone memiliki banyak istilah seperti UAV (Unmanned Aerial Vehicle) dan UAS (Unmanned Aerial System) yang memiliki arti yang sama, yaitu pesawat tanpa awak. Terdapat 3 jenis drone yang biasa digunakan, yaitu Fixed Wing, VTOL (Vertical Take Off Landing), dan Multirotor. Ukuran drone dibagi menjadi dua yaitu ukuran besar dengan UAS > 25 kg, dan ukuran kecil dengan UAS < 25 kg. Terdapat beberapa prosedur yang perlu diperhatikan saat mengoperasikan drone, seperti site survey yang bertujuan untuk mengenali obstacle seperti gedung, pohon, tiang, burung, menghindari medan magnet, menghindari objek vital, memastikan kecepatan angin tidak melebihi kemampuan drone, memastikan cuaca cerah, dan memanfaatkan observer. Pada saat persiapan, bacalah buku petunjuk penggunaan terlebih dahulu karena pada setiap drone memiliki istilah petunjuk yang berbeda, sesuaikan kapasitas baterai dengan jarak dan durasi terbang untuk menentukan critical battery action, merangkai drone, kalibrasi kompas, serta perhatikan posisi gimbal (stabilizer kamera) pada saat akan diterbangkan sudah dalam keadaan terlepas. Prosedur yang benar saat menyalakan drone adalah menyalakan remote dan layar terlebih dahulu sebelum menyalakan drone, baru kemudian melakukan kalibrasi kompas. Saat menerbangkan drone, pastikan ada pada mode GPS dengan signal GPS diatas 10 satelit supaya stabil. Terdapat beberapa istilah pengoperasian drone, seperti pitch (menggerakan drone secara maju atau mundur), yaw (menggerakan drone secara memutar), raw (pergerakan ke kanan dan kiri), trotel (mengggerakan drone naik dan turun).
Setelah pemberian materi kuliah, para mahasiswa dibagi menjadi 2 kelompok besar dengan satu instruktur untuk melihat demo praktek penerbangan drone yang dilangsungkan di lapangan bola ITB Kampus Jatinangor (Gambar 2). Beberapa mahasiswa juga ikut mencoba untuk menerbangkan drone (Gambar 3).
Setelah pelatihan ini mahasiswa akan melakukan sertifikasi pengoperasian drone yang direncanakan akan dilakasanakan pada bulan April mendatang. Kegiatan pelatihan ditutup dengan pemberian sertifikat dan cendramata oleh Dr. Hikmat Ramdan, serta foto bersama (Gambar 4 dan 5).