Membangun Jiwa Berwirausaha Melalui Kuliah Tamu Kiat-Kiat Membangun Start-Up Bisnis Akuakultur
Perkembangan teknologi informasi sangatlah dinamis. Era Industri 4.0 pun mulai merambah ke bisnis akuakultur, dari yang semula melaksanakan budidaya secara konvensional, kini mulai beralih ke berbasis digital atau Internet of Things (IoT). Salah satu fokus utama pengembangan digital bertujuan untuk pencapaian efisiensi, produktivitas, meningkatkan nilai tambah, serta menjamin sustainable aquaculture. Di era persaingan global ini, bisnis akuakultur dihadapkan pada berbagai tantangan, dan isu utama yang sangat penting adalah daya saing serta produktivitas yang ketersediaannya tidak lepas dari bantuan teknologi. Agar menambah wawasan di bidang pengembangan teknologi peralatan dan mengetahui peluang bisnis di masa depan, mahasiswa Rekayasa Pertanian dan mahasiswa SITH lainnya mengikuti seri kuliah tamu yang diberikan oleh salah satu Advisory Board SITH, yaitu Bapak Gibran Huzaifah yang merupakan CEO eFishery pada Rabu, 17 Maret 2021. eFishery ini merupakan salah satu perusahaan yang mengembangkan teknologi feeder otomatis berbasis android, dan menjadi perusahaan Aquaculture Intelligence pertama di Indonesia.
Dibuka oleh moderator, Ibu Magdalena Lenny Situmorang, Ph.D., dan sambutan dari Wakil Dekan Sumberdaya, Bapak Angga Dwiartama, Ph.D., acara pun dilanjutkan dengan pemaparan materi dari Bapak Gibran Huzaifah. Berawal dari kuliah yang beliau ikuti saat menempuh pendidikan di Biologi ITB, membuatnya berkesempatan untuk berinteraksi dengan budidaya perikanan. Melalui kegiatan kuliah lapangan, beliau pun mendapatkan jaringan dengan para pengusaha tambak. Hal tersebutlah yang akhirnya membuatnya terjun di bisnis ikan lele. Tak puas dengan hanya bisnis ikan lele, beliau pun mencoba peluang untuk mengembangkan bisnisnya dengan membuat bisnis olahan pangan ikan menjadi abon dan nuget. Memahami dan juga merasakan masalah yang dihadapi pelaku budidaya ikan dalam pengelolaan pemberian pakan membuatnya terinspirasi untuk membuat perangkat pemberian pakan ikan berbasis internet. Melakukan trail and eror, serta studi banding, beliau pun melihat potensi teknologi yang perlu dikembangkan. Menurutnya, kebanyakan mesin pakan ikan yang sebelumnya beredar di pasaran dari Taiwan dan Thailand hanya memiliki basis timer. Oleh karena, itu beliau pun mencoba berinovasi dan berkolaborasi untuk menciptakan alat pemberi pakan yang memiliki sensor nafsu makan ikan yang terhubung ke jaringan internet, sehingga dapat menghemat biaya pakan petambak. Berkat kerjasama tim dan kegigihannya, bentuk awal mesin pakan yang hanya bisa dipakai untuk budidaya lele, kini bisa digunakan untuk berbagai jenis ikan, seperti ikan mas, nila, patin, gurame, kakap, dan udang. Bisnisnya pun berkembang pesat dan telah memiliki pelanggan di seluruh Indonesia dan mendapatkan berbagai pesanan dari Thailand, Singapura, China, dan negara lainnya.
Melalui kuliah tamu ini, mahasiswa pun memperoleh pelajaran bahwa sebuah ide bisnis dapat muncul dan berkembang karena adanya permasalahan penting dan keinginan untuk mengurangi dampak sosial yang ditimbulkan, sehingga pengembangan teknologi dapat dijadikan salah upaya dalam proses pemacahan masalah. Penghargaan tertinggi yang dirasakan oleh pelaku usaha adalah saat produk atau teknologi yang dihasilkan dapat memberikan manfaat dan dampak positif bagi masyarakat. Bisnis eFishery ini pun secara tidak langsung sudah mendukung dua program SGDs, yaitu mengentaskan kemiskinan, mencapai ketahanan pangan, serta menggalakan program budidaya pertanian yang berkelanjutan. Nilai penting yang perlu diperhatikan dalam membangun bisnis adalah mau bekerja sama dengan multi disiplin ilmu, mau berupaya untuk menjawab tantangan, dan melakukan pendekatan melalui personal touch untuk dapat mengetahui karakteristik konsumen yang beragam sehingga mampu mengenali serta mengetahui kebutuhan konsumen untuk membangun strategi bisnis yang ditunjang dengan kemauan untuk terus belajar, selalu melakukan evaluasi dan perbaikan (continuous improvement). Di akhir pemaparannya pun, Pak Gibran berpesan bahwa selama kuliah mahasiswa perlu mengembangkan pola self-reflection dan mencari tahu alasan dari setiap tindakan yang dilakukan, dan jangan takut untuk gagal saat mempraktikkan ide bisnis untuk dikembangkan, karena hal tersebut dapat melatih kepekaan dan menguji kelayakan suatu bisnis tersebut berpotensi untuk dijalankan dan dikembangkan atau tidak.